Sabtu, 10 Desember 2011

Virtualisasi, 'Pedang' Bermata Dua Bagi UKM

Jakarta - Virtualisasi sedang merevolusi IT dan usaha kecil hanya duduk memperhatikan. Meski di masa lalu virtualisasi dipandang sebagai kemewahan dan hanya tersedia bagi perusahaan raksasa dengan sumber daya yang besar, virtualisasi kini menjadi pilihan yang layak bagi bisnis dari berbagai ukuran.

Sebuah studi baru-baru ini dilakukan oleh Symantec dengan tujuan untuk mengukur sikap usaha kecil terhadap virtualisasi, dan sampai sejauh mana mereka mengambil manfaat dari virtualisasi.


Daya Tarik Virtualisasi

Survei menemukan bahwa usaha kecil sangat tertarik dengan teknologi virtualisasi dan mereka bisa melihat potensi keuntungan secara luas. Di antara temuan penting tersebut antara lain adalah 70 persen penuh dari usaha kecil setidaknya mempertimbangkan virtualisasi.

Alasan mereka adalah:
-. Mengurangi biaya modal (disebutkan oleh 70 persen)
-. Mengurangi biaya operasional (68 persen)
-. Meningkatkan skalabilitas (68 persen)

Dua pertiga dari organisasi yang disurvei menyatakan keinginan mereka untuk mengurangi jumlah server sambil menjaga aplikasi mereka, atau meningkatkan efisiensi.

Memaksimalkan infrastruktur yang ada juga akan membantu mereka menjaga biaya tetap rendah. Virtualisasi juga membuat pemulihan bencana lebih mudah, melalui kemampuan membuat cadangan dari sistem kritikal tanpa perlu melakukan penambahan hardware.

Tantangan Adopsi

Saat mayoritas usaha kecil telah menunjukkan ketertarikan terhadap teknologi virtualisasi, mereka masih di tahap awal adopsi. Pertimbangkan:
-. Hanya 10 persen yang telah mengimplementasikan virtualisasi
-. 17 persen saat ini masih uji coba atau proses implementasi.

Dalam temuan terkait, kalangan bisnis kini jauh lebih nyaman dengan web dan aplikasi manajemen database dibandingkan dengan aplikasi yang lebih kritikal seperti software akunting, ERP, dan CRM.

Ini mengindikasikan bahwa saat organisasi makin bersemangat untuk melihat manfaat dari virtualisasi, mereka masih enggan mengambil risiko menempatkan aplikasi bisnis kritikal ke dalam framework tervirtualisasi.

Apa penyebab keengganan ini? Pengusaha menyebutkan bahwa tiga tantangan signifikan terhadap virtualisasi antara lain adalah:
-. Performa
-. Backup
-. Manajemen perbaikan dan pengamanan

Sebagai tambahan, hampir sepertiga responden melaporkan kurangnya pengalaman dalam virtualisasi, yang menjelaskan keengganan mereka untuk memvirtualkan aplikasi yang lebih vital.

Kutukan Perlindungan Data

Meski tingginya antusiasme yang ditunjukkan usaha kecil, akan tetapi, banyak di antara mereka yang gagal melindungi informasi yang mereka tempatkan di dalam lingkungan virtual secara cukup.
-. Hanya 15 persen melakukan backup secara reguler terhadap server virtual.
-. 23 persen melakukan backup secara tidak rutin atau tidak sama sekali.

Lebih dari separuh organisasi (61 persen) menyebutkan masalah anggaran sebagai alasan untuk tidak melakukan backup secara reguler, dengan 20 persen menyalahkan masalah sumber daya manusia.

Sebagai tambahan terhadap tidak cukupnya membackup data, mengamankan server merupakan tantangan lain yang dihadapi oleh usaha kecil.

Secara rata-rata, mereka hanya mengamankan secara penuh 40 persen server tervirtualisasi mereka. Lebih lanjut, 78 persen tidak memiliki software antivirus yang terinstalasi.

Sekali lagi, alasan utama yang disebutkan oleh kalangan usaha adalah masalah anggaran, dengan masalah sumber daya manusia juga menjadi salah satu alasan lain.

Rekomendasi untuk UKM

Di saat pasar semakin dewasa, muncul risiko keamanan potensial terkait dengan virtualisasi. Untuk meminimalisir risiko namun sekaligus menikmati manfaat yang ditawarkan oleh virtualisasi, UKM perlu mempertimbangkan rekomendasi berikut untuk melindungi diri mereka dalam lingkungan virtual.

Rekomendasi 1: Sangatlah penting bahwa organisasi memahami meningkatnya kompleksitas yang hadir bersama dengan mengimplementasikan sebuah lingkungan IT tervirtualisasi.

Memanfaatkan kelebihan dari teknik baru yang memungkinkan virtualiasi dari aplikasi bertingkat yang sulit divirtualisasikan mungkin dapat menyediakan pemecahan dari kompleksitas tersebut.

AppHA framework milik Symantec memungkinkan kita menyediakan bantuan seperti ini bagi orang yang berupaya memvirtualisasikan workload yang kompleks dan kami yakin akan adanya cara yang menarik, meskipun ada kompleksitas, menggunakan teknik-teknik baru tersebut.

Rekomendasi 2: Sebuah pendekatan terintegrasi terhadap backup dan keamanan baik di lingkungan fisik dan virtual bisa meningkatkan efisiensi IT secara keseluruhan.

Mengimplementasikan solusi deduplikasi data bisa membantu menghemat ruang di server sekaligus juga menghemat waktu bagi manajemen IT.

Rekomendasi 3: Salah satu langkah yang paling penting yang bisa diambil oleh UKM adalah membuat rencana pengamanan yang komprehensif yang didesain secara spesifik pada lingkungan virtual tersebut.

Dengan memastikan bahwa keamanan dikelola secara terpusat, software bisa lebih mudah diimplementasikan. Dan dengan menerapkan kebijakan dan praktek yang konsisten, administrator dan end user akan dapat secara efektif berkontribusi terhadap lingkungan IT yang aman.

Di titik ini, tampak sebagian besar dari sistem virtualisasi tersebut memiliki perlindungan yang minimal dari serangan terarah yang didesain untuk menginvasi mereka dan kita melihat tren ini dengan kekhawatiran.

Kami berharap bisa mempengaruhi komunitas praktisi virtualisasi untuk menyadari bahwa kondisi yang relatif tak terlindungi ini merupakan risiko signifikan yang membutuhkan perhatian dengan segera.

Penulis, Darric Hor, General Manager, Indonesia & Filipina Symantec.
Sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasih masukan yaaaa**